Langsung ke konten utama

MENIKMATI BENCANA


Gusti Allah pasti sedang menunjukkan Kasih dan Sayang-Nya—di samping keagungan dan ke-Maha kuasaan-Nya. Bagaimanapun menyesakkannya banjir yang baru saja  melanda, kehilangan harta benda dan anggota keluarga, pasti ada hikmahnya. Semoga semua ini disikapi dengan keimanan. Dengan keimanan insyaallah segala yang telah kita alami tak berlalu begitu saja bagai berlalunya air sungai di musim hujan.


Semoga bencana ini ada bekasnya dan bekas itu tercatat sebagai amal sholeh. Kesabaran orang-orang yang tertimpa bencana semoga menghapus dosa-dosa. Gairah mereka yang bahu-membahu membantu kesusahan saudaranya, menguatkan kesadaran bahwa manusia kenal tak kenal sesungguhnya bersaudara. Pemerintah menjadi jelas fungsinya dan kekuasaan akan tampak nilainya.

Hujan masih terus turun. Sungai masih mendatangkan rasa cemas. Ini juga bisa merupakan bentuk kasih sayang Tuhan. Kita yang gampang lupa, terus disadarkan bahwa yang berkuasa di semesta ini adalah Dia Yang Maha Kuasa. Tuhan sedang mengajak kita mengingat segala kecerobohan kita selama ini, seperti: mendangkali sungai dengan membuang sampah di sana, membangun rumah di bantaran yang membuat sungai sempit, membetoni halaman yang menghalangi air hujan meresap ke tanah dan masih banyak lagi.

Pemda sebagai tangan kekuasaan semoga sadar fungsi kemudian tanggap menangani persoalan-persoalan dengan lebih teliti dan sungguh-sungguh. Segala yang berbau seremonial harus diinsyafi sebagai kesalahan terhadap tanggungjawab. Bencana mengancam bukan hanya sekarang, sejak dulu kala bencana sudah datang dan pergi dan besok atau lusa siap datang dengan wujudnya yang bisa saja lebih mengerikan.

Di jalan masih tampak anak-anak sekolah berseragam mengumpulkan bantuan untuk korban bencana, di sekolah anak-anak pun beberapa kali dihimbau oleh gurunya agar mengumpulkan sumbangan.  Kelihatannya mereka antusias.  Tentu saja ini nikmat, guru memanfaatkan kesempatan ini untuk membangun pada diri anak-anak rasa kepedulian pada keadaan.

Semoga bencana dan kesedihan tidak berlarut-larut dan semua pihak memandang peristiwa ini dengan pandangan orang beriman.

Komentar

  1. Alam yang dirusak manusia menyebabkan banjir. Suda saatnya memperbaiki alam ini.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

HUJAN SUDI MAMPIR

Entah dari mana mau kemana, rombongan awan pekat pada ba’da Asar dua hari terakhir bergerumbul di langit Brebes. Gerumbulan itu karena dipastikan tujuannya bukan Brebes, cuma numpang lewat . Hanya beberapa menit memenuhi langit lalu hilang dari pandangan. Syukurnya ada yang ditinggalkan, yaitu hujan yang lumayan bisa membasahi sawah yang sudah lama kering kerontang.

MUHARROM LAGI, PAWAI TA'ARUF LAGI

Muharroman lagi. Pawai ta’aruf lagi. Di beberapa desa di kabupaten Brebes tiap tahunnya untuk menyambut tahun baru ada tradisi karnavalan atau disebut Pawai Ta’aruf. Acaranya biasanya tidak serentak pada tanggal 1 Muharrom, karena pawai baru diadakan bersamaan harinya dengan acara Pengajian. Hari ini (22/9/2018 – 12/1/1440)) Desa Petunjungan Kecamatan Bulakamba yang mengadakan Pawai Ta’aruf, sebelumnya dua hari lalu Desa Luwungragi dan sebelumnya lagi Desa Siwuluh. Berikut beberapa foto pawai yang diikuti perwakilan beberapa lembaga pendidikan, ormas dan warga.

Nglongok Agrowisata Besaran Hijau Jatibarang

Ada banyak tempat rekreasi yang dekat dengan kota Brebes, salah satunya adalah Agrowisata Besaran Hijau Jatibarang . Tempat rekreasi yang lokasinya di sebelah selatan  Kota Brebes itu jaraknya sekitar 10 Km dari jalur pantura dan masih berada di dalam kota Kecamatan Jatibarang, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Menempati  bekas kompleks mBesaran , yaitu rumah dinas pimpinan Pabrik Gula (PG) Jatibarang , tempat rekreasi ini menyediakan banyak wahana untuk bersenang-senang bagi warga sekitar terutama di hari libur.