Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2018

PENGALAMAN PERTAMA PAHINGAN DI DARUSSLAM

Pesantren sebagai lembaga pendidikan telah diakui sebagai sesuatu yang khas Indonesia. Dan di Brebes (yang Indonesia juga) walau jumlah pastinya tidak saya ketahui, jumlah pesantren terus bertambah bahkan bisa dibilang menjamur. Salah satu pondok pesantren yang belum lama berdiri adalah Pondok Pesantren Darussalam Jatibarang yang diasuh oleh Syeikh Sholeh Muhammad Basalamah. Saya katakan belum lama karena lokasinya di dekat saya sekolah SMP dulu, yang pada masa itu masih lapangan sepakbola. Dengan luas area dan aktifitas yang terus bertambah Pondok Pesantren Darussalam sepertinya sedang berproses menjadi sentra belajar-mengajar ilmu agama—bukan saja bagi santri, juga bagi warga sekitarnya.

HUJAN SUDI MAMPIR

Entah dari mana mau kemana, rombongan awan pekat pada ba’da Asar dua hari terakhir bergerumbul di langit Brebes. Gerumbulan itu karena dipastikan tujuannya bukan Brebes, cuma numpang lewat . Hanya beberapa menit memenuhi langit lalu hilang dari pandangan. Syukurnya ada yang ditinggalkan, yaitu hujan yang lumayan bisa membasahi sawah yang sudah lama kering kerontang.

BENCANA TIDAK CUMA DI SANA

Baru saja terjadi sore hari ini (29/9/2018), pekarangan yang bersebelahan dengan area pemakaman di Desa Petunjungan Kecamatan Bulakamba terbakar. Tidak jelas apa dan siapa penyebabnya, namun bisa   diapastikan karena sikap abai pada bencana. Pekarangan yang banyak rumpun bambu di dalamnya di sana berserakan daun-daun kering yang mudah terbakar, puntung rokok pun bisa menyelakannya, apalagi kalau ada yang sengaja membakar.

PARIN BUTUH TENAGA KEBERSIHAN

Apakah Pemerintah Daerah Kabupaten (Pemda) Brebes serius dalam mengelola   Pantai Randusanga? entahlah. Kalaupun tidak serius, rasanya juga bisa dimaklumi mengingat secara geografis pantai yang terkenal dengan sebutan PARIN (Pantai Randusanga Indah) ini kurang strategis. Dalam kurun sepuluh tahun terakhir, perkembangannya tak begitu membahagiakan sebagai tempat pariwisata, andai saja pohon-pohon cemara tidak bertumbuh.

MUHARROM LAGI, PAWAI TA'ARUF LAGI

Muharroman lagi. Pawai ta’aruf lagi. Di beberapa desa di kabupaten Brebes tiap tahunnya untuk menyambut tahun baru ada tradisi karnavalan atau disebut Pawai Ta’aruf. Acaranya biasanya tidak serentak pada tanggal 1 Muharrom, karena pawai baru diadakan bersamaan harinya dengan acara Pengajian. Hari ini (22/9/2018 – 12/1/1440)) Desa Petunjungan Kecamatan Bulakamba yang mengadakan Pawai Ta’aruf, sebelumnya dua hari lalu Desa Luwungragi dan sebelumnya lagi Desa Siwuluh. Berikut beberapa foto pawai yang diikuti perwakilan beberapa lembaga pendidikan, ormas dan warga.

BREBES SEDANG MENANTI HUJAN

Sudah kira-kira sepekan langit Brebes digelayuti mendung. Mendung di kemarau yang panjang. Memang cuma mendung, itu pun mendung yang seakan numpang lewat karena angin yang terus-menerus bertiup kencang menghalau tumpukan awan yang kadang sudah menjanjikan hujan. Dan siang tadi hampir sehari penuh awan yang menjanjikan hujan itu benar-benar hampir memenuhi harapan warga yang sudah lama mengeluhkan kemarau yang panjang ini.

BA'DA ISYA, SITANGGAL-BANJARATMA GELAP

Hampir dua jam listrik padam tadi dan suasana di jalan raya dari perempatan Sitanggal ke utara (arah Kelampok) dan perempatan ke barat (arah Ketanggungan) tak seperti biasanya. Walaupun masih ada sepeda motor melaju tapi tak begitu ramai, kanan kiri jalan gelap hanya toko swalayan Indomaret yang terang benderang—swalayan lokal Nah Dia Sitanggal tutup rapat. Ketergantungan pada listrik membuat warga sepertinya menjadi malas ketika aliran listrik terputus, tak beda dengan henpon.

AYO KE BREBES EXPO 2018, CEMEOS...

Bagi warga Brebes—khususnya yang tinggal di Brebes kota—bulan Agustus adalah bulan kemeriahan. Sudah tradisi, pada bulan ini dalam rangka peringatan kemerdekaan Indonesia, rangkaian acara "dari warga oleh warga untuk warga" selalu diadakan. Seperti karnaval, aneka lomba dan yang pastinya ditunggu-tunggu adalah Pasar Malam di kawasan  Stadion Karangbirahi yang di sana berlangsung juga paneran pembangunan atau Brebes Expo.

PNS DOMINASI CALON HAJI BREBES 2018

Rasanya baru kemarin ke Islamic Centre Brebes mengantar saudara yang berangkat haji, sekarang sudah ramai-ramai lagi di masjid warga kumpul-kumpul melepas jamaah haji juga. Setahun ternyata sekelebatan, rebut-ribut soal daftar tunggu yang sampai limabelas tahun lebih bisa jadi tidak terasa. Selamat saja untuk jamaah calon haji yang hari ini berangkat dari rumah, semoga lancar perjalanannya dan kembali dengan gelar haji mabrur.

SELAMAT HARI RAYA IEDUL FITRI

Musim Penghujan dan Brebes Berhias

Program pengerukan sungai yang tengah berjalan di Brebes, pada musim hujan sekarang dirasakan lumayan menghibur. Sungai-sungai yang beberapa waktu lalu memperihatinkan karena dangkal dan terus menyempit kini tampak benar-benar sebagai sungai. Semoga proyek ini berlangsung tidak asal-asalan, maksudnya dengan memperhitungkan perawatan dan pemeliharaan yang berkesinambungan.

CETOT: Bikin Ceria, Tidak Alot

Ada banyak makanan di Brebes yang karena namanya yang lucu sering memunculkan pertanyaan-pertanyaan. Sebut saja : awul-awul, awug-awug, blendung, geplak, cethil dan cetot. Nama-nama itu kesannya pada awal munculnya sepontan keluar dari mulut seseorang, karena dirasa enak di telinga maka jadilah nama abadinya. Seperti nama terakhir yang ternyata sosoknya masih bisa ditemui setiap pagi di pasar. Bentuknya yang mungil, sensasinya ketika diambil untuk dimakan, saya kira itulah alasannya kenapa dinamakan demikian. Cetot !

Hari Perempuan Brebes

Hari ini 8 Maret ternyata Hari Perempuan Internasional . Dan mungkn karena saya muslim, ingatan saya langsung melesat ke masa enam belas abad lampau. Waktu itu di gurun pasir tandus yang lelakinya begitu dominan ada seorang perempuan kaya raya menikahi seorang pemuda yang adalah pegawainya. Di Makkah, Siti Khodijah (40 tahun) menikah dengan Muhammad SAW (25 tahun), apakah ini peristiwa yang lumrah waktu itu di sana? Jika jawabannya iya mestinya awal sejarah Hari Perempuan ini bisa sampai jauh ke masa itu.

MENIKMATI BENCANA

Gusti Allah pasti sedang menunjukkan Kasih dan Sayang-Nya—di samping keagungan dan ke-Maha kuasaan-Nya. Bagaimanapun menyesakkannya banjir yang baru saja   melanda, kehilangan harta benda dan anggota keluarga, pasti ada hikmahnya. Semoga semua ini disikapi dengan keimanan. Dengan keimanan insyaallah segala yang telah kita alami tak berlalu begitu saja bagai berlalunya air sungai di musim hujan.

Banjir di Brebes: Semoga Tidak Lagi dan Lagi

Dua tahun berturut-turut terjadi banjir di Brebes dengan pola yang sama: air sungai Pemali meluap dan tanggul tak mampu menahan derasnya air yang memenuhi sungai. Bahkan tahun ini bobot bencananya lebih dari sebelumnya karena ada banjir susulan yang tak cuma disebabkan oleh meluapnya sungai Pemali—di Brebes barat sungai Cisanggarung pun ikut meluap.. Di luar bencana banjir sungai Pemali dan sungai Cisanggarung  itu bencana lain menyusul, yaitu banjir bandang dan baru saja terjadi  tanah longsor di Desa Pasirpanjang, Salem.

BREBES BANJIR LAGI: OH SAWAHKU

Beda jam dan beda hari. Ada juga yang bilang ini Ulang Tahun Banjir. Ya, banjir yang tahun lalu mengganggu ketenangan warga di beberapa desa di Brebes pada tahun ini terjadi lagi. Dengan sebab yang sama, yaitu meluapnya Kali Pemali dan tanggul yang tak kuasa menahan air kiriman yang melimpah. Kiriman banjir tak hanya ditujukan ke Jakarta saja sekarang, rupanya alamat penerimanya kini sudah banyak dan Brebes termasuk dalam daftar.