Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2017

DULU KIRKAT, KINI BEREKAT

Malam ini adalah malam ke duabelas bulan Robbiul Awwal , malam ‘rolasan’ dalam ungkapan Wong Brebes. Malam puncak rangkaian peringatan Muludan atau Maulid Nabi dalam rangka mengenang kelahiran Nabi Muhammad SAW. Pada malam ini—tak hanya di Brebes—biasanya masjid dan musholla-musholla suasananya lebih ramai dari hari-hari sebelumnya. Ada banyak makanan berat di sana, yang pada sebelas hari biasanya cuma kue-kue, pada malam ini ada tentengan berupa nasi dan lauk-pauknya.

Mirong Pirik

Bahasa nasionalnya mungkin peyek, orang-orang Brebes dan sekitarnya menyebut dengan istilah Mirong. Di sekitaran Brebes dan Tegal ada juga istilah rempeyek, dan tentu saja semua itu jenis makanan yang tidak jauh berbeda. Rempeyek isiannya kacang (kacang tanah atau kacang hijau) sedangkan mirong isiannya ikan atau udang. Adapun peyek lazimnya untuk menyebut semua itu, tentu dengan tambahan di belakangnya: peyek udang, peyek kacang dan peyek teri.

MULUDAN DAN KENANGAN MENYENANGKAN

Sampai lagi di bulan Robbiul Awwal, salah satu bulan penting bagi kaum muslimin. Inilah bulan kelahiran Sang Penghulu ummat, bulan mauld atau bulan muludan. Pada bulan ini dua belas hari di awal bulan sudah lazim di kampung-kampung di Brebes akan berlangsung setiap malam acara muludan: orang-orang berkumpul di musholla-musholla bersholawat, dibaan, membaca barjanzi dan makan-makan.

Surat Kepada Kawan: Masih Sapto Darmo-kah?

Selamat malam kawan, semoga damai selalu di manapun engkau kini berada. Lebih dari dua puluh tahun kiranya saat terakhir kita bertemu. Pertemuan berkesan yang sepanjang waktu terus teringat dan jadi renungan, bahwa ternyata hidup ini penuh kejutan. Entah bagaimana keadaanmu sekarang, terakhir aku mendengar kabarmu sepuluh tahun lalu, ada yang bilang engkau menetap di Kota Brebes.

MAKIN BANYAK, MOTOR BERUBAH JADI BECAK

Becak motor bukanlah sesuatu yang baru, di beberapa tempat dengan bermacam model mudah ditemui bahkan ada yang jadi ciri  khas suatu daerah. Di Brebes becak motor pun ternyata lumayan banyak, entah sejak kapan yang pasti di samping becak model lama yang dikayuh kini banyak bersliweran becak yang disambung dengan sepeda motor. Tak ada yang khas, karena cuma mengganti bagian belakang becak dengan badan sepeda motor butut.

HKN Ke-53: Germas Bikin Gemas

GERMAS: Gerakan Masyarakat Hidup Sehat yang launching 6 Juli 2017 di Brebes dan sudah berjalan satu tahun secara nasional, dirasa-rasanya apa yang dicanangkan oleh pemerintah ini sekedar main-main. Bagaimana tidak, dari lima program yang ada: Melakukan aktifitas fisik  setiap hari, Makan sayur dan buah, Cek kesehatan rutin, Tidak merokok dan Menggunakan jamban sehat dengan melihat realitas warga—khususnya di pedesaan Brebes—dan bagaimana tindakan pemerintah dalam menyikapinya, seperti olok-olok saja?

PAHLAWAN NASIONAL DARI BREBES

Kembali Hari Pahlawan diperingati, suasananya adem-adem saja namun ada satu pertanyaan menggelitik: adakah seorang pahlawan nasional dari Brebes? Ada beberapa makam  pahlawan di Brebes, salah satunya yang pernah saya datangi saat ikut renungan malam waktu jaman sekolah ialah di Jatibarang (di desa Janegara), tapi nama pahlawannya sepertinya tidak ada. Karena kini penasaran saya coba cari informasi dan saya dapati nama Kiai Haji Syatori.

Kali Pemali

Di setiap tempat di bumi ini pasti ada sesuatu yang menjadi pengingatnya. Entah itu bangunan, pohon atau sungai. Dan untuk sungai, di Brebes ada Sungai Pemali . Orang Brebes menyebutnya Kali Pemali, sebuah sungai besar yang melintasi Kota Brebes dan hanya beberapa puluh meter dari alun-alun kota. Bisa jadi karena sungai ini melintas di pusat kota maka akrab di ingatan warga, namun bisa saja karena sungai ini dianggap angker oleh orang-orang di sekitarnya.

Nyebrang Pemali Pakai Perahu, Awas Buaya Siluman

Ingat Brebes, ingat Kali Pemali . Ya, orang Brebes kalau tidak kenal Kali Pemali patut dipertanyakan keasliannya. Kali pemali  (Pamali) adalah kali atau sungai paling terkenal di Brebes dan paling dikeramatkan. Sungai yang pada jaman dahulu jadi batas pemisah pulau Jawa bagian barat dan Jawa bagian timur ini memang terkenal  keramatnya, warga sekitar sampai sekarang masih meyakini di sana ada banyak buaya, terutama buaya siluman.

Dokar: Jangan Kau Pergi Jauh

Brebes yang dilewati jalur Pantura sudah pasti termasuk kawasan yang cepat perkembangan masyarakatnya. Apalagi kini jalan tol Transjawa sudah hampir tuntas, maka mobilitas masyarakat pun kian cepat. Alat transportasi sudah tak lagi terbatas, segala macam kendaraan mudah ditemui, dari yang terbaru sampai yang kuna lecit ada. Salah satu yang dibilang kuna adalah Dokar. Ya, dokar atau andong atau delman (orang-orang Brebes biasa menyebutnya Pir) kendaraan umum yang ditarik kuda itu hingga kini masih eksis dan tentu saja mudah ditemui.