Sega Lengko atau
(biar meng-Indonesia) Nasi Lengko ternyata gampang ditemui sehari-hari di kampung-kampung
di sekitaran wilayah Brebes bagian utara. Entah sejak kapan, yang jelas umumnya para penjual nasi sedia menu satu ini.
Nasi putih yang ditaburu irisan tahu- tempe goreng dan sayuran mentah seperti
tauge dan timun ini sangat disukai anak-anak, mungkin karena
ada kecapnya. Dimakan buat sarapan hanya dengan tambahan kerupuk sudah cukup
nikmat, cuma orang tua biasanya (yang banyak duit tentunya) butuh tambahan
lauk, seperti sate atau apalah.
Mungkin Sega Lengko makanan yang kemunculannya bukan dari
kreatifitas orang Brebes, tapi bisa dibilang ini khas Brebes. Dari Cirebon,
Brebes sampai Tegal gampang ditemui penjual Sega Lengko ini, dan karena tak ada
hak patennya maka tak penting menu khas ini milik siapa. Makanan yang diracik
sederhana ini bisa dibilang mewakili masyarakat setempat yang –bisa dibilang juga—gampangan.
Setahu saya sebagai orang yang lahir, tumbuh dan besar di Brebes-Tegal, tak ada
makanan yang dibuat begitu rumit dengan cara memasak yang butuh waktu lama. Maka
saya yakin saja Sega Lengko khas Brebes.
Bagi mereka yang
vegetarian, tak makan daging, Sega Lengko pasti cocok sekali. Atau bagi
orang-orang yang tak suka boros, makan dengan lauk seadanya seperti sega Lengko
sudah pasti penuh penjiwaan. Semoga saja keberadaan Sega Lengko ini murni
kreatifitas atas dasar pengetahuan bahwa makan sehat itu penting. Bukan karena
ngirit atau sedang paceklik. Nasi Lengko enak dan perlu.
Komentar
Posting Komentar