Sejenak tadi
saya keluar rumah melihat warna langit di atas genteng, rada hitam tidak terang, tapi
banyak bintang bertebaran. Besok malam
baru mau tanggal 1 Muharom jadi bulan sedang asyik-asyiknya tidur, bukan
begitu? Yang jelas langit tampak bersih dari awan-gemawan. Padahal beberapa
hari terakhir tiap pagi dan sore langit Brebes dinaungi mendung pekat, bahkan
dua malam yang lalu (17/9/2017) sempat turun hujan lumayan besar walau
sebentar. Rupanya kemarau di Brebes masih akan berlanjut.
Membaca berita
tentang hujan yang sudah terus turun di beberapa tempat, seperti di Jambi dan
Jakarta sempat terpikir kemarau tinggal menghitung hari, ternyata hujan cuma mampir.
Semoga besok mampir lagi dan agak lama, karena tanah sudah nela amba dan sungai sudah penuh tumpukan sampah. Balongan atau
tempat penampung air yang ada di
beberapa wilayah pun sudah tinggal lumpur, pertanda kekeringan sudah pada
fase siaga. Walau secara hitung-hitungan di bulan September baru akan memasuki musim hujan dan biasanya pada
akhir Oktober intensitas hujan baru bisa dirasakan.
Entah kapan
terakhir turun hujan di Brebes, rasanya sudah lama sekali. Beberapa hari
setelah lebaran sempat turun hujan lebat dan sepertinya semenjak itu hujan
menjauh. Situasi semacam ini bagi warga
yang tinggal di kota mungkin tidak begitu terasa, tapi untuk warga yang
mengandalkan sawah sebagai medan hidup, keadaan tanpa air benar-benar bikin
resah. Terlebih petani bawang, mereka begitu bergantung pada air.
Tentu saja bukan
cuma Brebes yang kemarau, bukan Brebes saja yang butuh air, masih banyak daerah
yang tak jauh dari Brebes yang mengalami
kekeringan lebih parah. Semoga semua ini tetap jadi pertanda baik, karena bagi orang
beriman apapun keadaan adalah yang terbaik dari Tuhan. Orang-orang Brebes yang beriman pasti sabar
dengan cobaan apapun dari Allah SWT.
Komentar
Posting Komentar